#6 – The Power of 20 Ribu, Benar-benar Untungkah?

Artikel ini ditulis oleh penulis tamu Dewi Puspa Sari pemilik blog dewi puspa sari di dewipuspasari.wordpress.com. Puspa, sapaan akrab penulis adalah seorang praktisi dan akademisi dunia teknologi informasi dan saat ini sedang menyelesaikan pendidikan doktoralnya di salah satu perguruan tinggi negeri terkemuka di Indonesia.

Ketika saya membaca pojok artikel di Reader Digest edisi beberapa waktu lalu yang mengupas The Power of 20 Ribu, saya merasa punya energi baru untuk memulai mengumpulkan pundi-pundi uang dengan cara baru. Bayangkan 20 ribu rupiah menari-nari di toples cantik Anda. Dalam sebulan Anda bisa mengumpulkan Rp600 ribu dan setahun jika semangat menabung masih tersisa, Anda bisa menimbun Rp7,2 juta. Namun, benarkah menabung seperti ini benar-benar menguntungkan?

Iseng-iseng saya googling “The Power of 20 Ribu”. Wah ternyata animo masyarakat cukup tinggi, banyak blogger yang dengan bangga memamerkan tabungannya hingga hampir mencapai 10 juta dalam waktu kurang dari setahun. Bahkan akun twitter @Hanya20Ribu telah memiliki follower lebih dari 18 ribu. Retweet tentang topik bertema ThePowerof20ribu# juga tak kalah banyaknya.

Saya tertarik untuk mencobanya. Namun bukan dengan uang 20 ribu, melainkan 10 ribu. Alasannya, 20 ribu cukup berarti buat saya. Saya biasa menggunakannya untuk belanja ke warung, membeli beras 3 liter, atau membeli martabak manis. Jadi, tanpa mengorbankan kebiasaan, saya memilih uang Rp 10 ribu.


Lembaran uang berwarna ungu itu nampak kesepian berada dalam toples bening plastik. Namun, berhari-hari kemudian sudah menjadi belasan kemudian jelang akhir bulan telah menjadi puluhan. Memang benar menurut pengalaman para blogger dan para twitter..kalau mengumpulkan uang 20 atau 10 ribu itu seperti adiksi. Dan, saya menemukan ada keinginan kuat untuk menabung setiap menemukan 10 ribu. Bahkan, terkadang saya merogoh-rogoh kantong dan dompet suami untuk mencari uang 10 ribu. Suami saya hanya geleng-geleng kepala menyaksikan hobi baru saya ini.

Lalu beberapa hari ini saya berpikir, sebenarnya apa motivasi saya mengumpulkan uang 10 ribuan ini. Saya merenung. Memang sih hobi baru ini mengasyikan, bahkan saya bisa mengumpulkan hingga Rp 530 ribu selama sebulan ini. Namun, imbasnya saya jadi sering ambil duit di ATM. Dan, jika motivasinya investasi jelas-jelas saya rugi.Saya tidak akan mendapatkan imbas hasil seperti bila saya tabung ke reksadana dan tentu saja risiko keamanannya sangat besar.

Menurut pendapat saya pribadi, menabung 10 ribu atau 20 ribu akan memberikan perasaan aman bila digunakan sebagai dana darurat. Namun, kurang tepat jika dijadikan sarana investasi. Dan katakanlah, saya bisa menyimpan 500 ribu dari kumpulan 10 ribu. Setahun, saya bisa mendapatkan Rp 6 juta. Lima tahun saya bisa mengumpulkan 30 juta. Cukup besar. Tapi coba jika perolehan tiap tahun sebesar 6 juta itu kita depokan selama 5 tahun, dengan asumsi perolehan 6% setahun dan bunganya single, alias tidak bunga berbunga, maka total selama 5 tahun saya bisa mendapatkan 32.880.000,- setelah dipotong pajak. Lantas bagaimana bila diinvestasikan ke reksadana pasar uang setiap bulan dengan asumsi bunga yang sama, namun bunga majemuk. Jadi per bulannya kita berinvestasi Rp 500 ribu. Dengan rumus FV(rate,n menabung, tabungan) di excel maka perolehannya bisa
mencapai Rp 34.885.015. Jadi kita bisa meraih imbas sebesar Rp 4 juta lebih bila berinvestasi di reksadana pasar uang. Imbasnya bisa jauh lebih besar bila berinvestasi di reksadana campuran atau produk yang lebih agresif.

Setelah melakukan perhitungan ini saya memutuskan strategi kombinasi. Saya tetap mengumpulkan uang 10 ribu. Namun uang itu saya rekap perbulan dan saya setor ke rekening reksadana pasar uang. Mengapa saya memilih reksa jenis ini? Karena sifatnya yang minim risiko dan bisa diambil kapan saja (maksimal sekitar 5-7 hari kerja).

Nah, dari artikel ini saya ingin memberikan pendapat saya secara obyektif tentang the power of 20 ribu atau 10 ribu. Positifnya mengumpulkan uang ini masih ada, terutama bagi anak-anak atau remaja, atau mereka yang belum memiliki tabungan atau rekening reksadana di bank. Mereka bisa dididik untuk giat menabung sejak dini, tanpa takut dana berkurang karena biaya administrasi bank perbulan yang lumayan besar. Bagi mereka yang telah memiliki akun bank, sebaiknya dipadukan dengan depo atau reksadana (perbulan atau pertahun).

Selamat menabung!

@dewi_puspa00

8 thoughts on “#6 – The Power of 20 Ribu, Benar-benar Untungkah?

  1. Pernah nyoba Mas yang 20 ribu tapi gak tahan. Dulu nyobanya waktu belum nikah. Gak ada duit di dompet, males ke ATM dan akhirnya tabungan itu aku sabotase. Ntar aku sodorin dech artikel ini ke Suami 🙂

  2. Akhirnyaa, ada yg sepemikiran dengan saya.(apalagi admin twitter dari program #thePowerof20ribu ini menurut saya terkesan gak bisa dikritik, ditanya kenapa, jawabnya “udah jgn banyak tanya” yaa gak tahulah karena apa. Memang, saya termasuk yg kurang setuju dg cara menabung konvensional (termasuk menabung di bank dalam bentuk tabungan biasa), walaupun saya concern di bidang syariah (tidak setuju dg bunga bank) tetapi “program” menabung di celengan begitu saja tidak sesuai dg hati kecil saya. belum lagi ada inflasi per tahun yg pasti menggerus nilai celengan kita. Masih lebih mendingan dimasukkan ke deposito mudharabah di bank syariah. Atau bisa saja tiap bulan atau 3 bulan hasilnya dihitung dan dibelikan emas, atau yg lebih menguntungkan bisa dibelikan reksadana seperti yg dijelaskan di atas

Tinggalkan Balasan ke ladeva Batalkan balasan